Melongok Jam Matahari di Masjid Agung Surakarta   Leave a comment

Dulu ketika arloji masih menjadi barang mahal dan mewah, orang harus melongok posisi matahari dengan berbagai cara untuk menentukan waktu salat. Salah satunya melalui peralatan khusus bernama jam istiwa’. Peralatan itu bisa ditemui di halaman Masjid Agung Surakarta, Jawa Tengah.


Jam istiwa’ atau yang sering disebut jam matahari ini berada di bagian kiri halaman Masjid Agung atau di depan kantor tata usaha masjid. Kondisi jam yang berusia hampir seratus tahun ini cukup terawat. Dipasang di atas tembok kokoh dan ditutup dengan kaca bening terbuka sehingga setiap saat bisa dilihat oleh siapapun.

“Jam matahari ini bisa berfungsi optimal jika hari kondisi cuaca cerah. Kita bisa melihat waktu salat dari bayangan yang ditimbulkan. Pada waktu masuk salat dhuhur misalnya, matahari tepat berada di tengah jarum dan akan ada bayangan tepat di angka 12,” papar Slamet Aby, salah seorang takmir Masjid Agung Surakarta kepada detikRamadan, Senin (8/8/2011).

Akurasi jam istiwa’ sebagai penentu waktu salat dapat diandalkan karena langsung berdasarkan pada bayangan sinar matahari. Namun karena mengandalkan bayangan matahari itu, jam istiwa’ hanya bisa digunakan untuk menentukan waktu salat dhuhur dan ashar. Kendala lain yaitu cuaca. Jika cuaca mendung menutupi matahari, praktis jam istiwa’ tidak bisa bekerja efektif.

Cara kerjanya sangat sederhana. Jam berbentuk cekungan setengah lingkaran itu dilapisi lempengan kuningan. Untuk menciptakan bayangan jatuh di permukaan kuningan, jarum besi sepanjang 10 centimeter ini dipasang tepat di tengah-tengah sejulur besi sepanjang 18 centimeter yang menghubungkan kedua sisi permukaan kuningan.

Pada permukaan kuningan itu terdapat 12 angka. Angka satu sampai enam berderet di sisi cekungan timur, sedangkan angka tujuh sampai 12 berderet di cekungan barat. Ketika sinar matahari jatuh pada permukaan jam maka bayangan jarum yang akan menunjuk pada salah satu angka yang ada pada lempengan kuningan.

Masjid Agung Surakarta adalah salah satu masjid tertua di Solo. Masjid ini dibangun sebagai salah satu bagian penting dari Keraton Surakarta sebagai kerajaan Islam. Bangunan utama masjid dibangun pada tahun 1763 hingga 1768 pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwono III.

Namun kelengkapan bangunan lainnya dilakukan selama puluhan tahun setelahnya. Jam matahari termasuk salah satu dari peralatan yang dibuat beberapa lama kemudian. Peralatan penting ini dibuat pada tahun 1926, pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwono X, atau bertepatan dengan ulang tahun ke 64 sang raja.

Seiring perkembangan tekonologi, fungsi dan peran jam matahari ini semakin ditinggalkan. Namun keberadaan peralatan tersebut tetap dipertahankan sebagai penanda jejak peradaban dan daya cipta manusia dalam menghitung waktu. Banyak pelancong dari berbagai daerah yang memberikan perhatian khusus untuk peralatan kuno tersebut.

Posted 9 Agustus 2011 by hartoyosbk in Khasanah Budaya Islam

Tagged with

Tinggalkan komentar